JAKARTA - Kendaraan EV (Electric Vehicle) menjadi kendaraan masa depan yang ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan, kendaraan EV mengandalkan motor listrik sebagai penggerak. Namun sayang, harga yang mahal menjadi salah satu kendala yang cukup berpengaruh besar dalam penjualannya di beberapa negara.
Menurut laporan dari penelitian yang telah dilakukan oleh JATO, menunjukkan bahwa permintaan untuk kendaraan listrik di pasaran sendiri masih sangat rendah. Selain itu, data yang diperoleh dari 43 pasar di seluruh dunia mendapati harga eceran rata-rata mobil listrik 81% lebih tinggi dari mobil lain.
Hal ini menjelaskan alasan mengapa pembeli menghindari untuk membeli kendaraan listrik. Disamping itu, infrastruktur yang buruk, kisaraan baterai dan penawaran yang terbatas menjadi tantangan utama bagi industri EV untuk dapat menarik perhatian massa beralih ke kendaraan listrik ramah lingkungan.
Saat ini kendaraan EV telah dipimpin oleh Cina. Kendaraan listrik disana dijadikan pilar rencana ekonomi Tiongkok untuk tahun yang akan datang. BEV (Battery Electric Vehicle) diproyeksikan, dirancang, dan dikembangkan untuk permintaan lokal.
Selain itu, pemerintah juga ikut berperan untuk mengembangkan kendaraan listrik sehingga mereka dapat menekan pasar dengan BEV yang lebih murah, yakni dengan rata-rata harga berada pada USD26.715 atau sekitar Rp 375 juta. Harga tersebut dinilai 43% lebih rendah dari rata-rata harga pasar.