HARGA Pertalite, Pertamax dan LPG 3 kg saat ini masih tetap stabil dan belum mengalami kenaikan lagi di tengah tingginya harga minyak mentah dunia. Padahal, dengan harga minyak yang kini berada di atas USD100 per barel, harga keekonomian bahan-bahan bakar tersebut jauh di atas harga jualnya.
Beberapa negara di dunia bahkan sedang mengalami kesulitan akibat naiknya harga minyak dunia. Harga bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah negara maju, Amerika Serikat (AS) misalnya, meroket mencapai rekor baru akibat kenaikan harga minyak mentah dunia.
Sementara di Indonesia, harga jual BBM seperti Pertalite dan Pertamax yang dijual PT Pertamina (Persero) masih jauh di bawah harga keekonomiannya. Sementara badan usaha penyedia BBM swasta telah menaikkan harga jual produk-produknya. Stabilnya harga Pertalite dan Pertamax dimungkinkan berkat kucuran subsidi dari pemerintah, maupun dari Pertamina.
Demikian pula dengan harga LPG subsidi yang ditetapkan oleh pemerintah, sangat berat sebelah jika diabndingkan dengan harga keekonomiannya. Pertamina sendiri telah menaikkan harga LPG nonsubsidi pada 10 Juni 2022 lalu, dengan besaran kenaikan Rp2.000 per kg. Hal ini merupakan penyesuaian harga yang dilakukan untuk mengikuti kenaikan harga minyak dan gas dunia.
Menurut Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, harga minyak Indonesia Crude Price (ICP) per Juni telah menyentuh angka USD117,62 per barel, lebih tinggi sekitar 37% dari harga ICP pada Januari 2022. Sejalan dengan itu, harga LPG pada bulan Juli mencapai USD725 per Metrik Ton (MT) atau lebih tinggi 13% dari rata-rata CPA (contract price Aramco) sepanjang tahun 2021.
Indonesia sejauh ini masih bertahan untuk tidak menaikkan harga bahan-bahan bakar bersubsidi tersebut. Sementara, sebagai perbandingan, Presiden Joko Widodo belum lama ini mengingatkan bahwa harga BBM di Singapura sudah mencapai Rp31.000 per liter. Lalu, berapa harga BBM dan LPG di Indonesia jika berdasarkan keekonomiannya?