“Kami akan meninjau dampak dari kebijakan baru ini setelah satu tahun, dan kami akan melihat bagaimana kami mengkonfigurasi ulang sistemnya nanti,” ujar Balisacan.
Terkait dengan infrastruktur pengisian daya, Balisacan mengungkapkan bahwa pihaknya membuka pasar untuk lebih banyak EV.
“Sampai sekarang, jumlah kendaraan tersebut tidak terlalu besar, tetapi karena kami ingin mendorong adopsi EV, pada akhirnya akan meningkatkan permintaan sistem pendukung, seperti pengisi daya. Bahkan, bisa mengembangkan layanan bernilai tambah bagi industri kita,” ucapnya.
Di sisi lain, sebuah studi yang dilakukan oleh Frost & Sullivan pada 2021 mengungkapkan bahwa Filipina adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang punya kesiapan tertinggi mengadopsi kendaraan listrik.
Studi tersbeut juga menunjukkan bahwa hilangnya keraguan mendorong konsumen ASEAN membeli mobil listrik. Selama ini, kekhawatiran terbesar dalam memiliki EV adalah terkait infrastruktur, termasuk ketersediaan pengisian daya.
Follow Berita Okezone di Google News
(CDV)