JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menghapus aset 417 bus TransJakarta yang sudah tidak terpakai. Bus-bus tersebut adalah keluaran pertama yang sudah terbengkalai di sejumlah tempat penampungan.
TransJakarta mulai beroperasi pada 15 Januari 2004, dengan menggunakan berbagai jenis sasis, seperti Zhongtong, Yutong, Hino, Mercedez, Hino, Hyundai, Komodo, Ankai hingga Inobus, sebelum menggunakan sasis premium seperti Mercedes-Benz, Scania, dan Volvo.
Namun, bus-bus generasi pertama TransJakarta yang identik dengan warna oranye dan kuning itu terbengkalai. Ratusan bus tersebut berada di sembilan lokasi, yakni Kantor TransJakarta, Pool Pinang Ranti, Ciganjur, Rawa Buaya, Bus Sekola Hek, Pesing, Bianglala Ciputat, Terminal Pulo Gebang, dan Terminal Pulo Gadung.
Bus TransJakarta sendiri merupakan aset yang dimiliki oleh negara karena pengadaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Apabila disetujui, maka bus-bus tersebut harus dijual melalui balai pelelangan.
Proses tersebut juga dilakukan ketika ingin menjual mobil-mobil dinas pejabat daerah yang harganya akan menyesuaikan dengan kondisi dan pasaran. Namun, biasanya dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan mobil bekas pada umumnya.
Apabila 417 dibagi Rp21,3 miliar, maka satu unit bus TransJakarta yang terbengkalai senilai Rp51 jutaan. Jelas ini sangat menguntungkan untuk pengusaha bus karena mesin dan sasisnya masih bisa digunakan untuk dibuatkan bodi baru di karoseri.
Sekadar informasi, untuk membangun sebuah bus dibutuhkan dana hingga Rp1 miliar hingga bisa beroperasi. Pasalnya, untuk sasis Hino RK 260 saja saat ini dibanderol Rp682 juta, ini belum termasuk biaya pembuatan bodi, jok, AC, dan aksesoris lainnya.
Follow Berita Okezone di Google News